China (ANTARA) – Dalam beberapa tahun terakhir, kendaraan energi baru (NEV) di China mengalami homogenisasi yang mana banyak mobil dari merek berbeda namun mempunyai desain, fitur, dan teknologi yang hampir sama.
Pada 2025, teknologi sistem bantuan mengemudi canggih Huawei Qiankun ADS hampir menjadi fitur standar di semua model baru, bahkan merambah ke model hasil kerja sama seperti Audi A5L dan Q5L, lapor Carnewschina, Kamis.
Chen Zheng, Wakil Presiden dan Kepala Desain Global Geely, mengkritik bahwa industri otomotif China sedang dilanda tren ikut-ikutan tanpa berpikir. Elemen desain yang sedang populer diterapkan secara sembarangan. Praktik ini membuat konsumen sulit membedakan merek dan model mobil hanya dari tampilannya.
Ketua Voyah, Lu Fang, menyatakan meskipun di permukaan terlihat persaingan antarpabrikan sangat ketat, kenyataannya hal tersebut justru mencerminkan kurangnya inovasi di dalam industri.
Menariknya, Dongfeng, perusahaan induk Voyah, sendiri pernah terlibat dalam kontroversi plagiarisme. Sebelumnya, saat Dongfeng Forthing Xinghai S7 baru diumumkan, direktur desain IM Motors secara terbuka mempertanyakan orisinalitas desain mobil tersebut karena dinilai sangat mirip dengan IM L7.
Mengapa plagiarisme begitu marak di industri otomotif China? Jawaban yang paling jelas adalah karena pengembangan mobil membutuhkan biaya besar, harus mengelola rantai pasok ribuan komponen, serta memenuhi berbagai persyaratan teknis seperti standar keselamatan.
Baca juga: China perketat syarat insentif, mulai 2026 PHEV harus tempuh 100 km
Orang dalam industri mengungkapkan bahwa daftar komponen di antara para produsen NEV sangat mirip.
“Mobil-mobil ini terlihat memiliki fitur yang kaya, tetapi sebenarnya hanyalah tiruan dengan bodi berbeda namun teknologi dasarnya sama.” kata Lu.
“Banyak perusahaan mengejar keuntungan jangka pendek, sehingga lebih memilih menyalin dan meniru daripada melakukan inovasi asli yang benar-benar berangkat dari kebutuhan pengguna. Persaingan tingkat rendah ini membuat produk bersaing terutama dari harga dan spesifikasi, dan pada akhirnya pasar dibanjiri ‘inovasi semu’ yang tidak benar-benar memenuhi kebutuhan pengguna,” tambahnya.
Selain itu, perlindungan hak kekayaan intelektual di China sangat sulit. Penentuan pelanggaran desain eksterior bersifat subjektif, dan banyak gugatan hukum berakhir dengan penyelesaian damai atau bahkan dihentikan. Hal ini justru mendorong sebagian produsen mobil bertindak semakin sembrono.
Baca juga: Menuju 2040, China targetkan 80 persen NEV & kendaraan otonom level 4
Baca juga: Produksi dan Penjualan NEV di China Naik dalam 9 Bulan Pertama 2025
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025











